Produk Mahal Selangit Tapi Laris Manis, Kok Bisa?
Tahun 2006 bertepatan dengan status saya yang baru nginjak kelas 10 di SMA adalah momen pertama saya mulai menggeluti dunia pengembangan diri motivasi. Yup, ceritanya saat itu saya mulai belajar mendalami menjadi seorang motivator mulai dari memberikan motivasi di ekstrakurikuler, saat MOS ke siswa-siswa baru, dan di banyak event lainnya dengan tarif GRATIS, wajarlah kan masih proses awal banget untuk memiliki branding motivator.
Lama kelamaan, saya semakin mengasah skill saya tersebut dengan mengikuti banyak pelatihan motivasi sebagai peserta, dan "uniknya" pola kelas-kelas motivasi selalu sama, meledak-ledak dengan semangat pembicara, diiringi musik semangat pula, dan endingnya pasti bin mutlak dibuat menangis, pasti itu mah.
Semua kelas motivasi yang saya ikuti mulai dari tarif yang kelas teri hingga kelas bintang lima, tidak pernah jauh beda polanya, termasuk pas sesi perkenalan motivator di mana slide dipenuhi oleh seabreg riwayat pendidikan, alamat, nama orangtua, prestasi dan seabreg teks lain yang memenuhi beberapa slide, edan!
Secara sekilas emang yes, peserta merasa mendapatkan "WOW" at the moment, tapi ya just on that moment, saat itu peserta hanya mendapatkan "WOW"-nya, setelah sesi awal-awal, setelah sesi ice breaking atau games, biasanya mulai dah peserta bingung dan gak ngerti apa yang dibicarakan sang motivator.
Itulah yang saya dapatkan dari hampir semua kelas pelatihan motivasi dan pola itupula mendominasi saya serta seabreg motivator lain yang melata hingga kini.
Umumnya, pangsa pasar motivator adalah pelajar dan mahasiswa, paling dominan sih pelajar level SMA.
Kalau dari segi timing, biasanya motivator "banjir order" pas sekolah-sekolah beberapa bulan lagi mengadakan UN, itu paling banyak dan lumayan juga di momentum Try Out Akbar yang diadakan. Coba aja kalian cek kalau mau UN apalagi sekolah-sekolah yang ada di kota-kota biasanya akan didatangi proposal-proposal tawaran training motivasi, kebanyan sih gratis tarifnya. Begitu pun di brosur-brosur Try Out Akbar, training motivasi seolah merupakan hal wajib dalam event tersebut. Semua ini sudah saya alami baik sebagai peserta maupun sebagai pembicara, aslinya.
Lama-lama saya rasakan ketika sebagai peserta kok efek motivasinya hanya sebentar ya, maksimal hanya seminggu setelah ikutan training motivasi langsung kembali "normal" bahkan nge-down, ada yang lebih gila, termotivasi membara saat di kelas pelatihan, eh pas keluar udah padam dan modar lagi tuh motivasi, beuh gendeng kan.
Eh, saya evaluasi ketika saya menjadi seorang motivator juga sama, saya evaluasi ke para peserta hasilnya juga begitu, apalagi kalau tidak ada follow up minimal berupa komunikasi atau interaksi dengan peserta (klien) seperti Just Say Hallo gitu, bah lebih gila, cepet padam dan hilang tuh motivasi.
Pas saya pertama kalinya berkarir secara profesional di sebuah perusahaan bonafid dengan spesifikasi bidang investasi pasar modal saham dan reksadana, di mana perusahaan tersebut merupakan sebuah broker saham dan reksadana, kok jarang banget pihak manajemen memberikan sesi-sesi motivasi apalagi sampai 2 hari dua malam kayak saya dulu. Perlahan tapi pasti pihak manajemen malah memberikan sesi-sesi Strategi, Teknik, dan Praktek yang berhubungan dengan kinerja dan produktivitas karyawannya.
Karena merasa bertolak belakang dengan "iman" yang saya anut dulu, jadilah saya merasa di awal-awal perkara tersebut merupakan sebuah kejanggalan, kejenuhan, dan terlalu tinggi bagi saya, jenuh karena memang gak ada motivasi sama sekali di dalamnya. Disampaikan dengan sederhana pula yaitu berupa percakapan langsung antara karyawan dengan jajaran manajemen, gak ekslusif banget.
Setiap dua bulan sekali, pihak kantor selalu mengadakan gathering/kopdar atau seminar publik, tentunya topik yang dibahas adalah investasi saham dan reksadana (lebih dominan ke saham). And you have to know bahwa klien-klien perusahaan tempat saya dulu berkarir itu adalah orang-orang dengan duit tebel-tebel, aslinya bukan gombal bukan basa-basi. Bukan ornag-orang dengan duit recehan, lewat deh. Padahal di luaran sana banyak banget perusahaan yang sama yang sellau siap menerima konsumen recehan.
Hanya untuk bergabung dengan mendapatkan akses dan fasilitas yang ada di kantor kami tersebut, klien minimal harus menanam investasi 45jt untuk kategori klien reguler dan 1M untuk kategori premium. Dan itu selalu naik setiap bulannya untuk kategori reguler dan naik setiap tahun untuk kategori premium.
Emang apa sih contoh fasilitas yang diberikannya? Kalau mau jujur bisa dibilang "gak seberapa" bagi ornag-orang awam mah. Kenapa bisa dibilang gak seberapa? Anda bayangkan saja, dengan menanam modal investasi segitu, klien baru bisa menikmati akses bebas ke website kantor kami. Artinya, isi website tersebut hanya bisa diakses secara full dan bebas oleh klien, bukan oleh umum.
Isi websitenya emang apa saja? Mau tahu?
Kebetulan saya dulu sebagai salahsatu adminnya, jadi sedikit tidaknya saya tahu lah isinya.
"Hanya" artikel-artikel yang diupdate seminggu TIGA KALI dan riset-riset dalam bentuk pdf sebulan TIGA RISET.
Lho kok harus semahal itu? Emang isi artikelnya apa dan kayak gimana? Risetnya bagaimana?
Nah ini dia yang jadi "mahal" dari harga artikel dan risetnya. Isi setiap artikelnya murni Strategi, Teknik, dan Praktek bagimana mengoptimalkan kinerja investasi klien (profit) dengan cara yang benar, lebih cepat, sehat, dan legal tentunya sebagai syarat wajibnya. Untuk RISET dalem banget dengan grafik, angka, serta seabreg data lain yang dikemas dengan bahasa sederhana.
Hanya dengan layanan seperti itu saja dalam satu tahun pertama sejak berdiri kantor kami sudah mengklosingkan sekitar 1000-an klien yang rutin transaksi dalam investasinya. Edan bin gendeng bukan?
Untuk biaya seminarnya saja yang diadakan sekitar dua bulan atau tiga bulan sekali dengan peserta maksimal 50 orang, minimal biayanya 2,5jt (dikatakan minimal karena semakin cepat daftar sejak informasi pendaftaran dibuka segitu dan ketika semakin lambat pendaftarannya maka biayanya semakin mahal).
Anda tahu seberapa cepat pendaftaran langsung ditutup karena penuh dengan biaya se-MAHAL itu? Maksimal biasnaya 12 hari langsung ditutup karena penuh, gendeng bukan? Seminarnya hanya seharian, dari jam 8 pagi hingga jam 6 petang, dengan fasilitas 2x coffe break dan 1x lunch, sertifikat (biasanya peserta udah males pake sertifikat-sertifikatan aslinya), dan modul workshop, udah itu doang.
Kok bis atahu detail seperti itu?
Kan saya event organizer intinya saat itu, haha.
Yang jadi pertanyaan kan, kenapa bisa se-GENDENG itu larisnya?
Jawabannya adalah, karena isinya murni Strategi, Teknik, dan Praktek bukan tips trik, bukan motivasi, juga bukan basa basi. Jadi ketika kelar kelas pelatihannya, peserta gak bingung harus ngapain nih, gimana caranya, bagaimana alat-alat atau tools-nya, dan sebareg pertanyaan lanjutan lainnya, peserta gak kebingungan karena sudah dibongkar rahasianya. Itulah bedanya Motivator dengan Coach, kalau motivator lebih dominan memberikan motivasi kalau Coach full ngasih Strategi, Teknik, Praktek, dan Follow Up/Monitoring dengan terus menerus. Jadi klien benar-benar mendapatkan benefit real dan terasa unlimited!
Jadi, kalau Anda hanya mengandalkan motivasi berarti itu hanya sebatas ke-INGIN-an bukan ke-BUTUH-an.
Ke-INGIN-an itu sifatnya sesaat, lebih ke gengsi, gaya hidup, dan popularitas, tapi hanya sekilas umurnya. Sementara ke-BUTUH-an itu murni merupakan hal-hal mendesak/urgen, wajib, dan berdampak terus menerus.
Misal, Anda saat ini bisa jadi tergiur dan ingin membeli suatu produk apalagi kalau kondisinya kena diskon besar-besaran, beuh sering gak bisa nahan tuh dengan godaan begituan, tapi bisa jadi itu hanya "nafsu" Anda saja dan belum tentu itu benar-benar Anda butuhkan. Udah, ngaku aja kalau suka jadi korban diskon, hehe.
Makanya, buku-buku motivasi, motivator, perlahan tapi pasti sudah sangat kurang bahkan tidak dibutuhkan oleh kalangan high class/profesional, apalagi kalau pola motivasinya gitu-gitu aja. Kalau dengan kondisi begitu makanya banyak sekali motivator terutama yang sasaran marketnya adalah pelajar selalu memberikan tarif gratis atau sangat murah sekali sekalipun ada harganya.
Berbeda dengan produk seorang coach, apa pun itu produknya baik produk buku, DVD, Audiobook, workshop dll bisa puluhan hingga ratusan juta harganya, aslinya.
Di Indonesia kini sudah mulai banyak produk seperti ebook, video tutorial, dll yang harganya gila-gilaan, padahal hanya ebook, hanya video tutorial, hanya mp3 (audiobook) tapi gila mahalnya dan itu selalu laris diburu orang banyak. Gendeng kan, lagi-lagi isinya merupakan Strategi, teknik, dan Praktek yang semuanya itu bisa laris karena benar-benar di-BUTUH-kan oleh pembelinya, bukan sekedar gaya-gayaan atau keinginan semata.
Sekarang, begitu pun yang terjadi dengan layalan kami. Buku-buku kami misal saja buku #SeniPerangPTN - #UWABATL baik versi digital maupun versi cetak bagi kalangan siswa secara mayoritas harganya terkesan sangat MAHAL, padahal hanya ebook dan buku, sementara buku di pasaran pada umumnya hanya berkisar dengan rentang harga 45-75rb sementara di kami mulai 150rb hingga 450rb dan terus naik harganya, tapi uniknya laris lho sekalipun banyak juga siswa yang hanya bisa gigit jari.
Kok bisa?
Jelas karena isinya unik, berkualitas, dan pastinya merupakan ke-BUTUH-an para camaba untuk melanjutkan ke PTN, bukan buku drilling soal-pembahasan, review materi, dan kumpulan rumus, yang begituan mah bosen banget dan di internet juga seabreg, gratis lagi. Nah, lho :)
So, kalau Anda sekarang mau mengeluarkan uang, pikirkan terlebih dahulu, apakah produk itu merupakan ke-BUTUH-an atau hanya ke-INGIN-an?
Kalau produk-produk kami jelas merupakan kombinasi; ke-BUTUH-an dan ke-INGINan, artinya berkualiats iya, manfaat real dan unlimited pasti, sesuai kondisi kebutuhan wajib dan mendesak kalian juga iya, plus juga berkelas, bergaya secara isi, konten, dan hal-hal lain di dalamnya termasuk layann follow up, konsultasi dll. Begitu.
Semoga tercerahkan dan bermanfaat.
Salam,
Coach @Altar_King
Post A Comment
Tidak ada komentar :
1. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan. Tunjukkan bahwa anda adalah orang berpendidikan yang senantiasa menjaga etika.
2. Komentar tidak boleh menyinggung SARA, Porno, dan sejenisnya
3. Dilarang menggunakan akun Anonim.