#IMud ~ Gagal? Jangan Bangun Kalau Tak Punya Mimpi!
Sebuah
kisah kiriman Ginanjar Ramadhan ini sangat menginspirasi dan memotivasi. Dia
jatuh sekali. Kemudian bangkit lagi. Kemudian terjatuh lagi dan bangkit lagi.
Semua itu dilakukannya karena dia punya tekad, punya harapan, punya mimpi yang
ingin dia wujudkan. Dia dari keluarga kurang mampu, namun dia bertekad kuliah dengan
beasiswa full seperti Bidikmisi atau beasiswa lain.
***
Aku
sedang membuka recent update di Blackberry messager, aku membaca post message
dari temanku Sulis dari SMAN Wangon, “Astra buka beasiswa teman” aku langsung
chat Sulis, tanya tentang linknya. Dan aku pun dikasih link untuk informasi
lebih lanjut. Aku baca-baca dan ternyata ini full beasiswa. Beasiswa sekolah
gratis di Politeknik Manufaktur Astra dan setiap bulannya diberi uang saku. Aku
mencoba mendaftar, aku mendaftar di akhir Desember. Kala itu aku harus
mengurusi surat seperti SKTM, surat rekomendasi sekolah, dan bukti tagihan
listrik. Ada beberapa tahapan seleksi, administrasi, psikotes, wawancara, dan
tes kesehatan. Aku lolos seleksi administrasi, dilanjutkan tes psikotes di SMKN
1 Gombong, Kebumen. Aku berangkat dengan Difki dan Langgeng, mereka berdua juga
lolos administrasi. Setelah tes psikotes hampir berlalu sebulan, pengumuman kelulusan
psikotes aku diberi tulisan seperti ini : “Maaf Anda tidak lolos tes psikotes”.
Ya udah nggapapa, masih banyak kesempatan yang lain.
Bulan
Februari, aku diberi NISN dan password
untuk mendaftar SNMPTN. Tak ketinggalan aku juga diberi nomor peserta bidikmisi
dan kode akses untuk mendaftar. Bingung lagi mau ndaftar jurusan apa dan
dimana. Karena waktu itu ada acara dari alumni Open House Universities
merupakan acara tahunan dari alumni SMA ku yaitu SMA Negeri Jatilawang, yang
memberikan gambaran tentang bagaimana melanjutkan di perguruan tinggi. Disitu
aku sebenarnya sudah mempunyai gambaran untuk masuk Jurusan Teknik Elektro di
UNSOED, sudah tanya-tanya juga sama mas Yahya (TE UNSOED ‘14). Tapi akhirnya
jadinya aku mendaftar SNMPTN di Teknik Elektro UNDIP, Teknik Informatika UNDIP,
dan Teknik Elektro UNSOED. Sebenarnya takut daftar di UNDIP, tapi banyak yang
mensupport untuk daftar disitu. Dari situ, jadi aku punya motivasi kuat untuk
di UNDIP. Mungkin karena ke”alay”an ku, sampe di buku detik-detik UN pun
ditulisi. “Calon Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP’15 Aamiin.” Biar semangat aja
sih waktu belajar, bahwa aku mau kesitu masa ngga belajar? Pikirku gitu. Ujian
Sekolah dan Ujian Nasional berlalu, disela-sela liburan itu aku mencoba
menyempatkan diri untuk belajar materi SBMPTN dan disaat liburan juga pak Lutfi
(Waka kurikulum) memberitahukan bahwa akan ada kegiatan Learning Camp persiapan
SBMPTN yang diselenggarakan oleh keluarga mahasiswa Banyumas di ITB. Aku dan
teman-temanku di rekomendasikan untuk mendaftar. Jujur antara pengumuman
kelulusan dan pengumuman SNMPTN aku rasa lebih dag dig dug pengumuman SNMPTN.
Pengumuman SNMPTN dijadwalkan 9 Mei jam 5 sore, aku tak terlalu berharap pada
seleksi ini. Karena sekolahku yang notabene masih sekolah pinggiran, belum
terlalu mendapat nama di universitas. Walaupun tak berharap banyak, tapi aku
tetap berdoa agar diterima. Aku membuka pengumuman SNMPTN 9 Mei tepat jam 5
sore. Dan akhirnya background merah menghiasi layar hpku. Tanda bahwa aku tidak
diterima SNMPTN. “Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2015” begitu kata
webnya. Dari sekolahku hanya 5 orang saja yang lolos SNMPTN 2 ITB, 2 IPB, dan 1
UNNES. Teman sekelasku hanya 1 orang yang lolos yaitu Esti di ITB. Malamnya,
aku di sms oleh mas Gilang dari keluarga mahasiswa Banyumas (GAMAS) ITB,
menanyakan mengenai perihal kegiatan Learning Camp yang akan diselenggarakan.
Aku diminta untuk mendaftar di web, dan mengirimkan essay/karangan tentang
pribadi, keluarga, dan jurusan dan kampus pilihan beserta alasannya. Waktu itu,
aku bersama teman sebangkuku selama 3 tahun, Aan, mendaftar kegiatan tersebut.
Sebelumnya, kami mendaftar SBMPTN terlebih dahulu. Aku memilih jurusan Teknik
Elektro UNDIP, Pendidikan Fisika UNNES, dan Pendidikan Teknik Elektro
UNNES. Setelah mendaftar, pengumuman LC
tanggal 21 Mei, sedangkan kegiatan berlangsung mulai 26 Mei. Alhamdulillah, aku
dan Aan menjadi bagian dari 10 orang yang lolos seleksi. Kegiatan tersebut
berlangsung di yayasan QT Purwokerto. Kami berangkat tanggal 26 dengan membawa
berbagai perlengkapan untuk 2 minggu ke depan. Aku, Aan, Adib, Afit, Apit,
Dhila, Dika, Dimas, Giri, dan Kaful dibimbing dan dibekali untuk mengerjakan
soal-soal SBMPTN, diberi arahan juga
mengenai kehidupan kuliah itu seperti apa. Dari Learning Camp, bukan hanya bisa
dapat ilmu untuk mengerjakan SBMPTN saja, tetapi juga mendapat ilmu agama. Memang karena
tempat LC ini berada di sebuah yayasan
islami. 2 minggu telah berlalu, 9 Juni waktunya kami bertempur untuk
mendapatkan kursi di PTN. Kami semua diantar oleh kakak-kakak GAMAS dari
yayasan menuju lokasi ujian. Pulangnya
pun kami dijemput. Aku ujian di panlok Purwokerto tepatnya di MAN 2 Purwokerto
bersama dengan Aan, kami hanya berbeda ruangan saja. Alhamdulillah aku diberi
kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Berkat LC Alhamdulillah aku bisa mengerjakan
soal SBMPTN dengan tenang, dan berharap hasilnya maksimal. Aku juga sudah
mengoreksi jawabanku dengan jawaban versi bimbel. Kalau dihitung aku mendapat
passing grade 38 sekian. Kata temenku itu sudah aman. Ujian SBMPTN selesai, aku
langsung bergegas pulang dan menuju ke terminal Wangon untuk membeli tiket
untuk ke Jakarta mengikuti ujian mandiri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tanggal 13 dan 14 Juni. Aku berangkat ke Jakarta sendirian, ini sudah kali ke 4
aku ke Jakarta sendirian. Di UIN aku mengambil
jurusan sistem informasi dan pendidikan fisika. Di UIN ujian selama 2
hari di lantai 6 FEB. Ada ujian Tes Potensi Akademik dan Pernyataan Akademik,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pengetahuan Agama, Matematika IPA, dan IPA
Terpadu. Aku diantar oleh om ku yang memang tinggal kurang lebih 4 km dari UIN.
Saat ujian Alhamdulillah aku bisa mengerjakan, dengan cara berlatih soal dari
buku yang aku peroleh dari seseorang mahasiswa UIN Kak Ridwanto (AK UIN JKT’14)
yang mengadakan sebuah kuis di jejaring sosial Twitter, dan aku mengikutinya
dengan cara mengirimkan essay ke kak Ridwanto. Alhamdulillah barangnya dikirim
ke sekolah. Aku ujian bersama dengan temanku Abu yang memang saudaranya tinggal
dekat UIN juga. Aku pulang sebelum bulan puasa, aku sudah sangat kangen dengan
rumah. Karena hampir 3 minggu aku tidak berada di rumah.
Menunggu hasil pengumuman SBMPTN dan UIN, aku dirumah
saja. Sambil mengurus e-ktp yang karena datanya hilang jadi harus bolak balik
kantor catatan sipil di Purwokerto. 9 Juli tiba, saatnya aku membuka pengumuman
SBMPTN, karena saat itu tepat kuota internetku habis, jadi aku ke rumah
saudaraku untuk menumpang melihat pengumuman. Tepat jam 5 sore aku membukanya,
tapi server down. Karena waktu buka puasa yang semakin dekat, akhirnya aku
memutuskan untuk pulang saja dan hasilnya aku minta dikabari lewat sms. Aku
juga ditanya lewat sms oleh teman-teman dan kakak kelas. “Gimana Njar
hasilnya?” tanya mereka. Karena aku belum tau hasilnya, tiba-tiba temanku ada
yang menawarkan untuk membuka hasilnya. Pengumumanku dibuka pertama kali oleh
Deventi, tapi karena lama sekali membalas smsku jadi aku tinggal salat Maghrib
dulu. Sisa-sisa kuotaku ternyata masih bisa untuk membuka BBM, dan banyak
teman-temanku yang lolos SBMPTN yang aku tau dari grup kelasku. Deventi
memberitahu bahwa aku tidak lolos SBMPTN katanya disuruh tetap semangat dan
jangan putus asa. Okehlah, tidak mengapa mungkin belum rejekinya di Semarang.
Aan juga turut membukanya, dan tetap saja aku tidak lolos. Aku turut senang
dengan diterimanya teman sebangkuku ini di Pendidikan Teknik Otomotif UNNES.
Teman LC ternyata yang lolos Aan dengan Afit anak SMAN Ajibarang lulus Geodesi
UGM. Jujur, aku merasa tidak enak dengan para panitia yang sudah bekerja keras
membimbing tapi hasilku masih belum sesuai dengan ekspetasi. Tidak lolos SBMPTN
rasanya begitu sakit, lebih sakit ketimbang waktu membuka ASTRA dan SNMPTN.
Karena tidak lolos, aku memikirkan kedepan harus bagaimana. Ada seleksi mandiri
yang menggunakan nilai SBMPTN yaitu UNS. Mba Gamma (Psikologi UNS’14) yang
sering aku kepoin juga mendukung untuk mendaftar, aku
mencoba mendaftar. Walaupun uang
didompet hanya tinggal seratus tiga puluh ribu, aku relakan seratus ribu untuk
mendaftar. Siapa tau rejekiku di UNS. Aku mendaftar jurusan S1 Perencanaan
Wilayah & Kota, S1 Pendidikan Fisika, D3 Teknik Informatika, dan D3 Teknik
Kimia. Aku mendaftar hari terakhir pendaftaran di saat sahur, alhamdulillah
lancar. Tapi setelah tinggal klik setuju, ternyata aku salah klik saat memasukan
kabupaten orang tua. Harusnya Banyumas malah Banjarnegara. Akhirnya aku ulangi
pendaftaram lagi dari awal dan berhasil.
Pembayaran Ujian Mandiri UNS ini dilaksanakan setelah pendaftaran online,
membayar seratus ribu pada Bank BNI. Karena saat itu hari Sabtu, jadi teller
tutup dan diharuskan untuk membayar lewat ATM. Aku punya ATM BNI, tetapi tidak
ada saldonya, apa malah sudah mati rekeningnya.
Tapi aku punya ATM Bersama siapatau bisa, tapi aku juga mencoba ke rumah
Ibuku dan meminjam apakah punya atau tidak, ternyata tidak punya. Tapi aku
sudah punya rencana, kalau memang nanti punyaku tidak bisa mengirim aku akan berniat
menitip kepada orang yang sedang transaksi
untuk membayar. Aku sampai di ATM BNI Wangon, ada dua orang perempuan
sedang melakukan transaksi, aku tidak
sengaja melihat ternyata mereka juga mendaftar UNS. Mereka keluar dan
bergantian aku masuk ke dalam ruang ATM terlebih dahulu mencoba siapa tau
punyaku bisa untuk transaksi, dan ternyata tidak bisa. Dan kedua orang
perempuan itu ternyata masih diluar, karena bukti pembayaran salah satu belum
keluar. Aku keluar, mereka masuk lagi. Dan ternyata mereka keluar lagi, dan
bukti transaksinya tidak keluar juga. Aku dengan berani bilang “Mba, ndaftar
UNS juga yah? Aku nitip boleh ngga mba? Aku ada uang di saku” “Iya boleh, tapi
ini punya temenku juga belum keluar bukti transaksinya” jawabnya. Kami bertiga
masuk kedalam ruangan ATM, aku membayar. Dan keluar transaksinya, ternyata atas
nama Elsa perempuan itu. Berarti tinggal punyaku yang masih nyangkut di mesin. Aku,
Elsa, dan Riska keluar, dan aku belum mendapatkan bukti pembayarannya. Aku
menunggu ada sesorang yang melakukan transaksi dan berharap akan keluar bukti
punyaku. Awalnya ada ibu-ibu ambil uang, aku menjelaskan semuanya, ternyata
ngga keluar bukti transaksinya. Kemudian ada bapak-bapak dan aku menjelaskannya
lagi, akhirnya beliau bilang “Ini rejekinya kamu mas, keluar”. Alhamdulillah
aku sangat bersyukur sudah keluar bukti transaksiku. Dan aku lanjutkan untuk login dan cetak
kartu. Dan ternyata kedua perempuan itu
adalah temannya Afit dan Adib kawan LC dari SMAN Ajibarang. Dua hari setelah
itu, pengumumanpun tiba. Namaku tidak tercantum dalam calon mahasiswa yang
diterima. Gagal SM UNS, akhirnya aku, Adib, Dhila, dan Kaful berencana untuk
mendaftar ujian mandiri UNSOED. Kami pun berencana untuk mendaftar bersama agar
ruangan kami bisa berdekatan, dan kami pun berencana untuk H-1 sudah berada di
Purwokerto, jadi menginap di Purwokerto. Sebenarnya ingin ikut ujian mandiri
banyak univ, tetapi aku yang hanya mengandalkan bidikmisi, jadi hanya mendaftar
di UNSOED.
Idul Fitri, hari yang penuh kemenangan. Harusnya tak ada
lagi kesedihan dalam hati. Tapi, aku tak dapat menyembunyikannya. “Njar,
sekarang kuliah dimana?” hampir semua orang yang datang ke rumah eyangku
bertanya seperti itu. Sedih iya sedih, tapi aku berfikir bahwa Allah pasti akan
memberikan jalan terbaik untuk hamba-Nya yang sabar. Tak hanya aku yang sedih,
keluarga dekatpun ikut prihatin kenapa aku bisa diberi maaf terus. Dengan sabar
aku selalu mengatakan “Belum rejekiku”.
Pengumuman UIN Jakarta tanggal 1 Agustus, tapi aku melihat di web spmb,
aku mencari namaku. Disitu tertera status kelulusan. Punyaku hanya setrip. Aku
mencoba memasukan nama depanku saja, dan ternyata ada yang sudah tertera
jurusannya. Aku bingung, aku berfikir bahwa aku tidak lolos. Karena itu, aku
harus berjuang untuk ujian mandiri UNSOED tanggal 2 Agustus. Aku sempatkan
untuk belajar sungguh-sungguh. Tak hanya belajar, aku juga sudah mempersiapakan
untuk bekerja jika di UNSOED tidak lolos, udah ke POLSEK untuk membuat SKCK,
rencana juga untuk membuat kartu kuning yang diterbitkan oleh Dinsosnaker.
Karena sudah ada yang sedang mencarikan aku kerja di Jakarta jadi aku
persiapkan sejak dini agar tak terburuburu di kemudian hari. Aku juga sudah
berniat kerja sambil belajar untuk SBMPTN 2016. Pagi kerja, malamnya belajar
untuk SBMPTN.
Aku dan 3 teman LC ku mendaftar SPMB UNSOED di
hari yang selisih beberapa hari. Aku bingung untuk memilih jurusannya, jadi aku
putuskan untuk memilih kelompok ujian campuran bersama Kaful. Adib dan Dhila
tetap memilih Sainstek. Aku dan Kaful masih satu komplek tesnya di FE,
sedangkan Adib di FIK dan Dhila di FKU. Kami berencana akan survei tempat
bareng, karena mendadak ada acara Dhila dan Adib tidak bareng cek lokasinya.
Aku bareng dengan Kaful untuk cek lokasi dan mencari masjid untuk menginap saat
H-1 UM yaitu 1 Agustus 2015. Adib akan menyusul ba’da Maghrib. Jam 4 sore aku
dan Kaful sudah menemukan masjid untuk berlindung dari dinginnya malam tepat di
depan UNSOED persis. Pengumumman ujian UIN Jakarta tak terlalu aku pedulikan,
dari pagi aku sudah mencoba membuka, ternyata pengumuman jam 5 sore seperti
pengumuman ujian biasanya. Hanya modal nomor peserta, bisa langsung melihat hasilnya.
Kali ini, aku pinjem hpnya Kaful untuk membuka, soalnya dia yang udah stay di
opera mini. Aku memasukan nomor pesertaku. Langsung dilihat hasilnya, dan
disitu tertera. Status kelulusan nama, nomor peserta. Kirain emang semuanya ada
namanya terus ngga lolos gitu, soalnya emang diawal aku sudah mengira ngga
lolos karena setrip yang ada di status kelulusan di web. Alhamdulillah diberi
ucapan “Selamat Atas Keberhasilan Anda! Anda dinyatakan LULUS pada program
studi SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Terima Kasih” sempet ngga percaya. “Ful, beneran lolos?” kataku. “Iya
Njar, selamat ya” jawabnya. Saat itu aku berfikir mau pulang, tapi udah
tanggung . Aku juga langsung mengabari ibuku dan tanteku bahwa aku lolos. Tak
ketinggalan kakak GAMAS juga aku beritahu. Mereka turut senang mendengar kabar
dariku. Keseokan harinya aku tetap mengikuti ujian di UNSOED, kesampean juga
ngerjain soal soshum. Ini juga sedang bingung untuk masalah finansial, karena
bidikmisi di UIN diajukan setelah resmi menjadi mahasiswa UIN Jakarta.
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (57:23).
Jadi, tetap semangat
untuk terus menggapai asa. Jangan menyerah hanya karena satu kali gagal.
Teruslah mencoba selagi kau bisa. Karena jika kamu menyerah berarti kamu kalah.
Mungkin sulit menerima keadaan bahwa jika gagal masuk PTN, tapi ingatlah Allah
selalu memberi yang terbaik untuk hamba-Nya. Udah biasa kalau ditolak PTN, aku
hanya mencoba 6 kali. Ditolak 4 kali, 1 belum pengumuman, Alhamdulillah 1 kali
diterima. Temanku di grup malah sampai 10 kali lebih mencoba, dan masih belum
diberi kelulusan. Jangan sampai karena gara-gara ditolak PTN, malah jadi malas
belajar, malas beribadah. Harusnya malah harus hijrah menuju lebih baik. Yang
masih berjuang untuk cari PTN, semangat ya! Banyak jalan menuju PTN. Usaha
keras tidak akan menghianati, kalau masih menghianati berarti usahamu belum
keras.Jangan lupa untuk selalu berdoa, berusaha, dan bersyukur. Mungkin cuma
kata-kata sederhana sih, tapi semoga bermakna. Aamiin
Si #IMud : Ginanjar
Ramadhan
Nice..nice..nice..njar..
BalasHapus