#IMud ~ Gagal? Jangan Bangun Kalau Tak Punya Mimpi!

Sebuah kisah kiriman Ginanjar Ramadhan ini sangat menginspirasi dan memotivasi. Dia jatuh sekali. Kemudian bangkit lagi. Kemudian terjatuh lagi dan bangkit lagi. Semua itu dilakukannya karena dia punya tekad, punya harapan, punya mimpi yang ingin dia wujudkan. Dia dari keluarga kurang mampu, namun dia bertekad kuliah dengan beasiswa full seperti Bidikmisi atau beasiswa lain.
 
*** 

Akhir semester 5, anak-anak SMA masih banyak yang sibuk untuk bermain, tapi ada yang sudah memikirkan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Begitu pula aku, aku dari awal masuk semester 5 sudah mulai dihantui rasa bingung. Bingung mengenai mau lanjut kuliah atau tidak, pasalnya ekonomi keluarga ku yang pas-pasan sulit kalau untuk membiayai studiku selama katakanlah 3-4 tahun di perguruan tinggi. Faktor lingkungan juga yang belum mendukung untuk menjadi acuanku kuliah. Sekitar rumahku hanya beberapa saja yang sudah jadi sarjana dan melanjutkan kuliah. Maka dari itu, aku dari awal sudah mencari peluang beasiswa full untuk studi, dari beasiswa bidikmisi, beastudi etos, beasiswa astra, dan lainnya. Awal kelas XII aku sudah tanya-tanya ke kakak alumni SMA ku yang sudah melanjutkan kuliah, dari A sampai Z udah aku tanyakan mungkin. Tak hanya modal nekat tanya-tanya, tapi aku juga browsing dan masuk di grup anak-anak kelas XII dari seluruh penjuru nusantara. Tapi emang iya kok, banyak dapet kenalan dari Palembang, Surabaya, Jakarta, Bekasi, banyak lah. Dari situ jadi tau banyak mengenai persiapan buat masuk perguruan tinggi, belajar bareng, diskusi bareng, saling share soal untuk UN dan SBMPTN, dan kalau hari apa itu ada khusus English Day, jadi chatnya pakai bahasa Inggris, kadang kalau english day malah pada ngumpet ngga ada satu orangpun yang aktif, tapi kadang juga sering ngobrol pake bahasa Inggris, aku sih cuma jadi silent reader hehe.

Aku sedang membuka recent update di Blackberry messager, aku membaca post message dari temanku Sulis dari SMAN Wangon, “Astra buka beasiswa teman” aku langsung chat Sulis, tanya tentang linknya. Dan aku pun dikasih link untuk informasi lebih lanjut. Aku baca-baca dan ternyata ini full beasiswa. Beasiswa sekolah gratis di Politeknik Manufaktur Astra dan setiap bulannya diberi uang saku. Aku mencoba mendaftar, aku mendaftar di akhir Desember. Kala itu aku harus mengurusi surat seperti SKTM, surat rekomendasi sekolah, dan bukti tagihan listrik. Ada beberapa tahapan seleksi, administrasi, psikotes, wawancara, dan tes kesehatan. Aku lolos seleksi administrasi, dilanjutkan tes psikotes di SMKN 1 Gombong, Kebumen. Aku berangkat dengan Difki dan Langgeng, mereka berdua juga lolos administrasi. Setelah tes psikotes  hampir berlalu sebulan, pengumuman kelulusan psikotes aku diberi tulisan seperti ini : “Maaf Anda tidak lolos tes psikotes”. Ya udah nggapapa, masih banyak kesempatan yang lain.

Bulan Februari,  aku diberi NISN dan password untuk mendaftar SNMPTN. Tak ketinggalan aku juga diberi nomor peserta bidikmisi dan kode akses untuk mendaftar. Bingung lagi mau ndaftar jurusan apa dan dimana. Karena waktu itu ada acara dari alumni Open House Universities merupakan acara tahunan dari alumni SMA ku yaitu SMA Negeri Jatilawang, yang memberikan gambaran tentang bagaimana melanjutkan di perguruan tinggi. Disitu aku sebenarnya sudah mempunyai gambaran untuk masuk Jurusan Teknik Elektro di UNSOED, sudah tanya-tanya juga sama mas Yahya (TE UNSOED ‘14). Tapi akhirnya jadinya aku mendaftar SNMPTN di Teknik Elektro UNDIP, Teknik Informatika UNDIP, dan Teknik Elektro UNSOED. Sebenarnya takut daftar di UNDIP, tapi banyak yang mensupport untuk daftar disitu. Dari situ, jadi aku punya motivasi kuat untuk di UNDIP. Mungkin karena ke”alay”an ku, sampe di buku detik-detik UN pun ditulisi. “Calon Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP’15 Aamiin.” Biar semangat aja sih waktu belajar, bahwa aku mau kesitu masa ngga belajar? Pikirku gitu. Ujian Sekolah dan Ujian Nasional berlalu, disela-sela liburan itu aku mencoba menyempatkan diri untuk belajar materi SBMPTN dan disaat liburan juga pak Lutfi (Waka kurikulum) memberitahukan bahwa akan ada kegiatan Learning Camp persiapan SBMPTN yang diselenggarakan oleh keluarga mahasiswa Banyumas di ITB. Aku dan teman-temanku di rekomendasikan untuk mendaftar. Jujur antara pengumuman kelulusan dan pengumuman SNMPTN aku rasa lebih dag dig dug pengumuman SNMPTN. Pengumuman SNMPTN dijadwalkan 9 Mei jam 5 sore, aku tak terlalu berharap pada seleksi ini. Karena sekolahku yang notabene masih sekolah pinggiran, belum terlalu mendapat nama di universitas. Walaupun tak berharap banyak, tapi aku tetap berdoa agar diterima. Aku membuka pengumuman SNMPTN 9 Mei tepat jam 5 sore. Dan akhirnya background merah menghiasi layar hpku. Tanda bahwa aku tidak diterima SNMPTN. “Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2015” begitu kata webnya. Dari sekolahku hanya 5 orang saja yang lolos SNMPTN 2 ITB, 2 IPB, dan 1 UNNES. Teman sekelasku hanya 1 orang yang lolos yaitu Esti di ITB. Malamnya, aku di sms oleh mas Gilang dari keluarga mahasiswa Banyumas (GAMAS) ITB, menanyakan mengenai perihal kegiatan Learning Camp yang akan diselenggarakan. Aku diminta untuk mendaftar di web, dan mengirimkan essay/karangan tentang pribadi, keluarga, dan jurusan dan kampus pilihan beserta alasannya. Waktu itu, aku bersama teman sebangkuku selama 3 tahun, Aan, mendaftar kegiatan tersebut. Sebelumnya, kami mendaftar SBMPTN terlebih dahulu. Aku memilih jurusan Teknik Elektro UNDIP, Pendidikan Fisika UNNES, dan Pendidikan Teknik Elektro UNNES.  Setelah mendaftar, pengumuman LC tanggal 21 Mei, sedangkan kegiatan berlangsung mulai 26 Mei. Alhamdulillah, aku dan Aan menjadi bagian dari 10 orang yang lolos seleksi. Kegiatan tersebut berlangsung di yayasan QT Purwokerto. Kami berangkat tanggal 26 dengan membawa berbagai perlengkapan untuk 2 minggu ke depan. Aku, Aan, Adib, Afit, Apit, Dhila, Dika, Dimas, Giri, dan Kaful dibimbing dan dibekali untuk mengerjakan soal-soal SBMPTN, diberi  arahan juga mengenai kehidupan kuliah itu seperti apa. Dari Learning Camp, bukan hanya bisa dapat ilmu untuk mengerjakan SBMPTN saja, tetapi  juga mendapat ilmu agama. Memang karena tempat  LC ini berada di sebuah yayasan islami. 2 minggu telah berlalu, 9 Juni waktunya kami bertempur untuk mendapatkan kursi di PTN. Kami semua diantar oleh kakak-kakak GAMAS dari yayasan menuju lokasi ujian.  Pulangnya pun kami dijemput. Aku ujian di panlok Purwokerto tepatnya di MAN 2 Purwokerto bersama dengan Aan, kami hanya berbeda ruangan saja. Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Berkat LC Alhamdulillah aku bisa mengerjakan soal SBMPTN dengan tenang, dan berharap hasilnya maksimal. Aku juga sudah mengoreksi jawabanku dengan jawaban versi bimbel. Kalau dihitung aku mendapat passing grade 38 sekian. Kata temenku itu sudah aman. Ujian SBMPTN selesai, aku langsung bergegas pulang dan menuju ke terminal Wangon untuk membeli tiket untuk ke Jakarta mengikuti ujian mandiri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 13 dan 14 Juni. Aku berangkat ke Jakarta sendirian, ini sudah kali ke 4 aku ke Jakarta sendirian. Di UIN aku mengambil  jurusan sistem informasi dan pendidikan fisika. Di UIN ujian selama 2 hari di lantai 6 FEB. Ada ujian Tes Potensi Akademik dan Pernyataan Akademik, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pengetahuan Agama, Matematika IPA, dan IPA Terpadu. Aku diantar oleh om ku yang memang tinggal kurang lebih 4 km dari UIN. Saat ujian Alhamdulillah aku bisa mengerjakan, dengan cara berlatih soal dari buku yang aku peroleh dari seseorang mahasiswa UIN Kak Ridwanto (AK UIN JKT’14) yang mengadakan sebuah kuis di jejaring sosial Twitter, dan aku mengikutinya dengan cara mengirimkan essay ke kak Ridwanto. Alhamdulillah barangnya dikirim ke sekolah. Aku ujian bersama dengan temanku Abu yang memang saudaranya tinggal dekat UIN juga. Aku pulang sebelum bulan puasa, aku sudah sangat kangen dengan rumah. Karena hampir 3 minggu aku tidak berada di rumah.

            Menunggu hasil pengumuman SBMPTN dan UIN, aku dirumah saja. Sambil mengurus e-ktp yang karena datanya hilang jadi harus bolak balik kantor catatan sipil di Purwokerto. 9 Juli tiba, saatnya aku membuka pengumuman SBMPTN, karena saat itu tepat kuota internetku habis, jadi aku ke rumah saudaraku untuk menumpang melihat pengumuman. Tepat jam 5 sore aku membukanya, tapi server down. Karena waktu buka puasa yang semakin dekat, akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja dan hasilnya aku minta dikabari lewat sms. Aku juga ditanya lewat sms oleh teman-teman dan kakak kelas. “Gimana Njar hasilnya?” tanya mereka. Karena aku belum tau hasilnya, tiba-tiba temanku ada yang menawarkan untuk membuka hasilnya. Pengumumanku dibuka pertama kali oleh Deventi, tapi karena lama sekali membalas smsku jadi aku tinggal salat Maghrib dulu. Sisa-sisa kuotaku ternyata masih bisa untuk membuka BBM, dan banyak teman-temanku yang lolos SBMPTN yang aku tau dari grup kelasku. Deventi memberitahu bahwa aku tidak lolos SBMPTN katanya disuruh tetap semangat dan jangan putus asa. Okehlah, tidak mengapa mungkin belum rejekinya di Semarang. Aan juga turut membukanya, dan tetap saja aku tidak lolos. Aku turut senang dengan diterimanya teman sebangkuku ini di Pendidikan Teknik Otomotif UNNES. Teman LC ternyata yang lolos Aan dengan Afit anak SMAN Ajibarang lulus Geodesi UGM. Jujur, aku merasa tidak enak dengan para panitia yang sudah bekerja keras membimbing tapi hasilku masih belum sesuai dengan ekspetasi. Tidak lolos SBMPTN rasanya begitu sakit, lebih sakit ketimbang waktu membuka ASTRA dan SNMPTN. Karena tidak lolos, aku memikirkan kedepan harus bagaimana. Ada seleksi mandiri yang menggunakan nilai SBMPTN yaitu UNS. Mba Gamma (Psikologi UNS’14) yang sering aku kepoin juga mendukung untuk mendaftar,  aku  mencoba mendaftar.  Walaupun uang didompet hanya tinggal seratus tiga puluh ribu, aku relakan seratus ribu untuk mendaftar. Siapa tau rejekiku di UNS. Aku mendaftar jurusan S1 Perencanaan Wilayah & Kota, S1 Pendidikan Fisika, D3 Teknik Informatika, dan D3 Teknik Kimia. Aku mendaftar hari terakhir pendaftaran di saat sahur, alhamdulillah lancar. Tapi setelah tinggal klik setuju, ternyata aku salah klik saat memasukan kabupaten orang tua. Harusnya Banyumas malah Banjarnegara. Akhirnya aku ulangi pendaftaram  lagi dari awal dan berhasil. Pembayaran Ujian Mandiri UNS ini dilaksanakan setelah pendaftaran online, membayar seratus ribu pada Bank BNI. Karena saat itu hari Sabtu, jadi teller tutup dan diharuskan untuk membayar lewat ATM. Aku punya ATM BNI, tetapi tidak ada saldonya, apa malah sudah mati rekeningnya.  Tapi aku punya ATM Bersama siapatau bisa, tapi aku juga mencoba ke rumah Ibuku dan meminjam apakah punya atau tidak, ternyata tidak punya. Tapi aku sudah punya rencana, kalau memang nanti punyaku tidak bisa mengirim aku akan berniat menitip kepada orang yang sedang  transaksi untuk membayar. Aku sampai di ATM BNI Wangon, ada dua orang perempuan sedang  melakukan transaksi, aku tidak sengaja melihat ternyata mereka juga mendaftar UNS. Mereka keluar dan bergantian aku masuk ke dalam ruang ATM terlebih dahulu mencoba siapa tau punyaku bisa untuk transaksi, dan ternyata tidak bisa. Dan kedua orang perempuan itu ternyata masih diluar, karena bukti pembayaran salah satu belum keluar. Aku keluar, mereka masuk lagi. Dan ternyata mereka keluar lagi, dan bukti transaksinya tidak keluar juga. Aku dengan berani bilang “Mba, ndaftar UNS juga yah? Aku nitip boleh ngga mba? Aku ada uang di saku” “Iya boleh, tapi ini punya temenku juga belum keluar bukti transaksinya” jawabnya. Kami bertiga masuk kedalam ruangan ATM, aku membayar. Dan keluar transaksinya, ternyata atas nama Elsa perempuan itu. Berarti tinggal punyaku yang masih nyangkut di mesin. Aku, Elsa, dan Riska keluar, dan aku belum mendapatkan bukti pembayarannya. Aku menunggu ada sesorang yang melakukan transaksi dan berharap akan keluar bukti punyaku. Awalnya ada ibu-ibu ambil uang, aku menjelaskan semuanya, ternyata ngga keluar bukti transaksinya. Kemudian ada bapak-bapak dan aku menjelaskannya lagi, akhirnya beliau bilang “Ini rejekinya kamu mas, keluar”. Alhamdulillah aku sangat bersyukur sudah keluar bukti transaksiku.  Dan aku lanjutkan untuk login dan cetak kartu.  Dan ternyata kedua perempuan itu adalah temannya Afit dan Adib kawan LC dari SMAN Ajibarang. Dua hari setelah itu, pengumumanpun tiba. Namaku tidak tercantum dalam calon mahasiswa yang diterima. Gagal SM UNS, akhirnya aku, Adib, Dhila, dan Kaful berencana untuk mendaftar ujian mandiri UNSOED. Kami pun berencana untuk mendaftar bersama agar ruangan kami bisa berdekatan, dan kami pun berencana untuk H-1 sudah berada di Purwokerto, jadi menginap di Purwokerto. Sebenarnya ingin ikut ujian mandiri banyak univ, tetapi aku yang hanya mengandalkan bidikmisi, jadi hanya mendaftar di UNSOED.

            Idul Fitri, hari yang penuh kemenangan. Harusnya tak ada lagi kesedihan dalam hati. Tapi, aku tak dapat menyembunyikannya. “Njar, sekarang kuliah dimana?” hampir semua orang yang datang ke rumah eyangku bertanya seperti itu. Sedih iya sedih, tapi aku berfikir bahwa Allah pasti akan memberikan jalan terbaik untuk hamba-Nya yang sabar. Tak hanya aku yang sedih, keluarga dekatpun ikut prihatin kenapa aku bisa diberi maaf terus. Dengan sabar aku selalu mengatakan “Belum rejekiku”.  Pengumuman UIN Jakarta tanggal 1 Agustus, tapi aku melihat di web spmb, aku mencari namaku. Disitu tertera status kelulusan. Punyaku hanya setrip. Aku mencoba memasukan nama depanku saja, dan ternyata ada yang sudah tertera jurusannya. Aku bingung, aku berfikir bahwa aku tidak lolos. Karena itu, aku harus berjuang untuk ujian mandiri UNSOED tanggal 2 Agustus. Aku sempatkan untuk belajar sungguh-sungguh. Tak hanya belajar, aku juga sudah mempersiapakan untuk bekerja jika di UNSOED tidak lolos, udah ke POLSEK untuk membuat SKCK, rencana juga untuk membuat kartu kuning yang diterbitkan oleh Dinsosnaker. Karena sudah ada yang sedang mencarikan aku kerja di Jakarta jadi aku persiapkan sejak dini agar tak terburuburu di kemudian hari. Aku juga sudah berniat kerja sambil belajar untuk SBMPTN 2016. Pagi kerja, malamnya belajar untuk SBMPTN.

 Aku dan 3 teman LC ku mendaftar SPMB UNSOED di hari yang selisih beberapa hari. Aku bingung untuk memilih jurusannya, jadi aku putuskan untuk memilih kelompok ujian campuran bersama Kaful. Adib dan Dhila tetap memilih Sainstek. Aku dan Kaful masih satu komplek tesnya di FE, sedangkan Adib di FIK dan Dhila di FKU. Kami berencana akan survei tempat bareng, karena mendadak ada acara Dhila dan Adib tidak bareng cek lokasinya. Aku bareng dengan Kaful untuk cek lokasi dan mencari masjid untuk menginap saat H-1 UM yaitu 1 Agustus 2015. Adib akan menyusul ba’da Maghrib. Jam 4 sore aku dan Kaful sudah menemukan masjid untuk berlindung dari dinginnya malam tepat di depan UNSOED persis. Pengumumman ujian UIN Jakarta tak terlalu aku pedulikan, dari pagi aku sudah mencoba membuka, ternyata pengumuman jam 5 sore seperti pengumuman ujian biasanya. Hanya modal nomor peserta, bisa langsung melihat hasilnya. Kali ini, aku pinjem hpnya Kaful untuk membuka, soalnya dia yang udah stay di opera mini. Aku memasukan nomor pesertaku. Langsung dilihat hasilnya, dan disitu tertera. Status kelulusan nama, nomor peserta. Kirain emang semuanya ada namanya terus ngga lolos gitu, soalnya emang diawal aku sudah mengira ngga lolos karena setrip yang ada di status kelulusan di web. Alhamdulillah diberi ucapan “Selamat Atas Keberhasilan Anda! Anda dinyatakan LULUS pada program studi SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terima Kasih” sempet ngga percaya. “Ful, beneran lolos?” kataku. “Iya Njar, selamat ya” jawabnya. Saat itu aku berfikir mau pulang, tapi udah tanggung . Aku juga langsung mengabari ibuku dan tanteku bahwa aku lolos. Tak ketinggalan kakak GAMAS juga aku beritahu. Mereka turut senang mendengar kabar dariku. Keseokan harinya aku tetap mengikuti ujian di UNSOED, kesampean juga ngerjain soal soshum. Ini juga sedang bingung untuk masalah finansial, karena bidikmisi di UIN diajukan setelah resmi menjadi mahasiswa UIN Jakarta.


“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (57:23). 

Jadi, tetap semangat untuk terus menggapai asa. Jangan menyerah hanya karena satu kali gagal. Teruslah mencoba selagi kau bisa. Karena jika kamu menyerah berarti kamu kalah. Mungkin sulit menerima keadaan bahwa jika gagal masuk PTN, tapi ingatlah Allah selalu memberi yang terbaik untuk hamba-Nya. Udah biasa kalau ditolak PTN, aku hanya mencoba 6 kali. Ditolak 4 kali, 1 belum pengumuman, Alhamdulillah 1 kali diterima. Temanku di grup malah sampai 10 kali lebih mencoba, dan masih belum diberi kelulusan. Jangan sampai karena gara-gara ditolak PTN, malah jadi malas belajar, malas beribadah. Harusnya malah harus hijrah menuju lebih baik. Yang masih berjuang untuk cari PTN, semangat ya! Banyak jalan menuju PTN. Usaha keras tidak akan menghianati, kalau masih menghianati berarti usahamu belum keras.Jangan lupa untuk selalu berdoa, berusaha, dan bersyukur. Mungkin cuma kata-kata sederhana sih, tapi semoga bermakna. Aamiin

Si #IMud : Ginanjar Ramadhan
Author Pengen Kuliah
Dipublikasikan oleh Admin (Aditia Prasetio)

Pengen Kuliah ~ Partner Merangkai Impian
Punya penemuan? atau punya ide menarik? atau punya tulisan/gagasan/pengalaman yang ingin dibagikan? Kirim tulisanmu ke webinfokuliah@gmail.com .
Mau dapet info ter-up-to-date setiap hari? Klik di sini dan temukan pengenkuliah di platform favoritmu!

Post A Comment

1 komentar :

1. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan. Tunjukkan bahwa anda adalah orang berpendidikan yang senantiasa menjaga etika.
2. Komentar tidak boleh menyinggung SARA, Porno, dan sejenisnya
3. Dilarang menggunakan akun Anonim.