How to Learn Well about Success Acceleration
Masyarakat kita mayoritas mudah men-judge ketika melihat orang yang menurutnya biasa atau bahkan di bawahnya secara "kasta" namun bisa sukses.
"Walah gue curiga nih sama tuh orang. Dia kan anak kemaren sore, jarang keluar rumah kok kayaknya uangnya banyak aja ya."
"Jangan-jangan dia lagi belajar dan praktek ilmu hitam nih kalau kayak gini mah."
"Halah lo, di sekolah aja lo gak bisa ngapa-ngapain sok bijak nraktir gue segala."
Dan sederet kalimat judge klasik dan pedes lainnya.
Sekarang mari kita cek juga fakta yang terjadi sama kebanyakan siswa jenius dan aktif organisasi di sekolahnya yang secara prestasi di kehidupan real dikalahkan oleh orang yang di bawahnya.
"Gue curiga sama lo, jangan-jangan lo dapet hoki kali ya pas ujian tulis PTN, kan lo di sekolah juga ancur-ancur tuh nilainya."
"Lo dapet bocoran darimana sampe lo lolos ujian tulis PTN? Sementara gue kagak."
Kalau yang jenius, pintar, dan aktif berorganisasi saja sudah begini pikiran, hati, dan kelakuannya mau gimana nanti dia hidup di masyarakat beneran?
Ingat, kuliah itu sebentar lah kalau itungan dalam kehidupan real.
S2 paling juga 6-7 tahun, abis kuliah mau apa?
Karir 'kan? Berapa lama? Selama-lamanya, bukan?
Bisnis? Sama, selamanya dan kita pasti hidup dengan waktu lama itu di lingkungan masyarakat real bukan manusia jadi-jadian kayak di sinetron. Lama banget lho seumur hidup.
Nah, harusnya bukan gitu teknik dan strateginya. Ubah ke yang positif bukan fokus ke yang negatifnya.
Misal, kalau saya ada orang yang secara usia, ilmu dll di bawah saya tapi dia terbukti sukses maka saya pasti mengontaknya dan bertanya dengan kalimat begini,
"Hi, Pak. Saya adalah seorang pembelajar dan aktor kehidupan. Kalau saya belajar banyak hal kebaikan dari Bapak termasuk kesuksesan Bapak, boleh?"
Perhatikan kalimat di atas, sungguh dalem maknanya dan karena di dalam kalimat itu kita memuji lawan bicara kita kemungkinan besar dia akan senang hati berbagi ilmu dengan kita.
Nah, begitu juga dengan kejadian saya dulu pas dua tahun hampir semua ujian tulis PTN gagal (sekalipun tetap ada yang tembus hanya gak diambil) dan ketika saya sadar teman-teman satu kelas bimbel kami banyak yang bloon, idiot, culun, dan pemalas namun malah lulus di PTN dan Jurusan Favorit saya berusaha sekeras mungkin mendatanginya, bertanya dan diskusi padanya.
"Bro, teknik lo gimana ya pas ujian? Apa yang harus gue minimalkan dan apa yang harus gue maksimalin? Apa yang harus gue lakuin dan apa yang gak boleh? dst."
Maka dari itu ketika saya dapat teknik, strategi, dan penjelasan dari teman-teman saya yang lolos PTN (baik yang jenius atau pun tidak), saya modifikasi sesuai kebutuhan saya, saya evaluasi di mana dulu letak kesalahan saya, saya asah dengan ujia coba ini itu, ketika bener-bener sudah mateng baru deh saya hantam terus menerus dalam kondisi realnya. Dan itu saya lakukan terus menerus bukan seklai dua kali termasuk ke siswa-siswa bimbel saya.
Makanya lahirlah buku #UWABATL (bit.ly/UWABATL) yang isisnya Murni, Fokus, 100%, dan FULL ke Teknik, Strategi, dan Praktek bukan Buku Drilling Soal-Pembahasan.
Masuk akal? You get the point?
Salam,
Coach @Altar_King
"Walah gue curiga nih sama tuh orang. Dia kan anak kemaren sore, jarang keluar rumah kok kayaknya uangnya banyak aja ya."
"Jangan-jangan dia lagi belajar dan praktek ilmu hitam nih kalau kayak gini mah."
"Halah lo, di sekolah aja lo gak bisa ngapa-ngapain sok bijak nraktir gue segala."
Dan sederet kalimat judge klasik dan pedes lainnya.
Sekarang mari kita cek juga fakta yang terjadi sama kebanyakan siswa jenius dan aktif organisasi di sekolahnya yang secara prestasi di kehidupan real dikalahkan oleh orang yang di bawahnya.
"Gue curiga sama lo, jangan-jangan lo dapet hoki kali ya pas ujian tulis PTN, kan lo di sekolah juga ancur-ancur tuh nilainya."
"Lo dapet bocoran darimana sampe lo lolos ujian tulis PTN? Sementara gue kagak."
Kalau yang jenius, pintar, dan aktif berorganisasi saja sudah begini pikiran, hati, dan kelakuannya mau gimana nanti dia hidup di masyarakat beneran?
Ingat, kuliah itu sebentar lah kalau itungan dalam kehidupan real.
S2 paling juga 6-7 tahun, abis kuliah mau apa?
Karir 'kan? Berapa lama? Selama-lamanya, bukan?
Bisnis? Sama, selamanya dan kita pasti hidup dengan waktu lama itu di lingkungan masyarakat real bukan manusia jadi-jadian kayak di sinetron. Lama banget lho seumur hidup.
Nah, harusnya bukan gitu teknik dan strateginya. Ubah ke yang positif bukan fokus ke yang negatifnya.
Misal, kalau saya ada orang yang secara usia, ilmu dll di bawah saya tapi dia terbukti sukses maka saya pasti mengontaknya dan bertanya dengan kalimat begini,
"Hi, Pak. Saya adalah seorang pembelajar dan aktor kehidupan. Kalau saya belajar banyak hal kebaikan dari Bapak termasuk kesuksesan Bapak, boleh?"
Perhatikan kalimat di atas, sungguh dalem maknanya dan karena di dalam kalimat itu kita memuji lawan bicara kita kemungkinan besar dia akan senang hati berbagi ilmu dengan kita.
Nah, begitu juga dengan kejadian saya dulu pas dua tahun hampir semua ujian tulis PTN gagal (sekalipun tetap ada yang tembus hanya gak diambil) dan ketika saya sadar teman-teman satu kelas bimbel kami banyak yang bloon, idiot, culun, dan pemalas namun malah lulus di PTN dan Jurusan Favorit saya berusaha sekeras mungkin mendatanginya, bertanya dan diskusi padanya.
"Bro, teknik lo gimana ya pas ujian? Apa yang harus gue minimalkan dan apa yang harus gue maksimalin? Apa yang harus gue lakuin dan apa yang gak boleh? dst."
Maka dari itu ketika saya dapat teknik, strategi, dan penjelasan dari teman-teman saya yang lolos PTN (baik yang jenius atau pun tidak), saya modifikasi sesuai kebutuhan saya, saya evaluasi di mana dulu letak kesalahan saya, saya asah dengan ujia coba ini itu, ketika bener-bener sudah mateng baru deh saya hantam terus menerus dalam kondisi realnya. Dan itu saya lakukan terus menerus bukan seklai dua kali termasuk ke siswa-siswa bimbel saya.
Makanya lahirlah buku #UWABATL (bit.ly/UWABATL) yang isisnya Murni, Fokus, 100%, dan FULL ke Teknik, Strategi, dan Praktek bukan Buku Drilling Soal-Pembahasan.
Masuk akal? You get the point?
Salam,
Coach @Altar_King
Post A Comment
Tidak ada komentar :
1. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan. Tunjukkan bahwa anda adalah orang berpendidikan yang senantiasa menjaga etika.
2. Komentar tidak boleh menyinggung SARA, Porno, dan sejenisnya
3. Dilarang menggunakan akun Anonim.