Tetapkan Hal Ini Dulu Sebelum Salah Jurusan
Penulis sering
banget dimintai saran rekomendasi kuliah apa sih yang bisa ngehasilin duit
banyak. Kalau masalah duit segunung mah gampang banget, Gak usah kuliah juga
bisa! Karena, tanpa kuliah pun, you can make billion dollars, dengan
syarat kerja keras dan jam terbang yang panjang.
Penulis bisa
bilang begini, karena ga sedikit loh orang yang bisa sukses jadi milyuner tanpa
harus lulus kuliah, bahkan hanya lulusan SD. Bob Sadino gak kuliah pun, punya
perternakan bebek yang duitnya bisa jadi cukup untuk ngundang Beyonce di acara
hajatan anaknya. Bu Susi, anak laut yang ga kepikiran hari ini jadi Menteri
Kelautan, sebelum ditugaskan oleh Pak Presiden, udah punya pesawat segambreng.
Buat apa sih
kuliah? kalau, tanpa kuliah pun kamu bisa cetak duit tiap hari? Apalagi kalau
nikah sama Pangeran Oman?
Bener kan?
Benar bagi orang yang orientasinya untuk mencari uang. Tapi, masalahnya,
ga semua orang kan suka dengan bisnis? apalagi minta dipinang sama pangeran
saudi, yah kan gak realistis…
Bingung kan?
Jadi, memangnya
kamu kuliah buat apa sih?
Itulah
masalahnya, hal yang paling krusial tapi sering kelewat adalah tujuan yang ga
terdesign sama sekali. Kuliah seringkali cuman karena disuruh orang tua,
ikut-ikutan temen, atau sekedar dapet prestige dari universitas favorit.
Padahal
kenyataannya, banyak banget yag udah diterima di PTN favorit, eh, di kelas
males-malesan, bolos, titip absen bagai titip jajan, plagiarisme kayak barang wajar. Karena apa? Ngerasa kepaksa, passion
yang pas-pasan untuk menjalani perkuliahan, wong tujuan kuliahnya aja pun
gapunya.
Emang
sepenting apasih menetapkan tujuan kuliah?
Karena, gatau
tujuan, bikin kamu salah jurusan!
Sama kaya yang
pernah penulis alami. Penulis pernah merasakan rasanya pantat literally rata,
karena harus berjam-jam muter naik angkot yang bukan jurusannya. Awalnya, memang
ingin mengunjungi rumah teman di daerah Cicaheum, Bandung. Eh, malah
bercengkerama dan pasrah mau dibawa ke mana oleh mang angkot. Penulis memang
tahu nama tujuannya, tapi penulis gatau tujuannya itu ada di mana, cara sampai
ke sananya gimana, pakai jurusan apa. Alhasil, main kaga, capek iyah.
Dan penulis pun
harus mengulang nasib yang sama di bidang pendidikan. Waktu SMP penulis sering
tergerak untuk memberdayakan masyarakat, ingin berjuang dalam memberi pengaruh
yang baik di masyarakat. Tapi karena kurangnya pengetahuan, dan digoda dengan
sedikit angan-angan definisi sukses yang bergelimangan harta, penulis memilih
jurusan SMK tak terarah. Untungnya, waktu itu, nilai passing grade penulis bisa
masuk ke sekolah mana saja.
Awalnya, pengen
ke bidang multimedia karena ada ambisi bersama dua sahabat penulis untuk
membuat film anak yang kualitasnya lebih baik dari Upin Ipin, yah tapi pake
kearifan lokal-lah. Dan karena disenggol
dikit, malah ke perkimiaan☹ Dan percayalah, ini bukan sesuai
dengan tujuan awal untuk memberdayakan masyarakat yang objek dihadapinya
jelas-jelas manusia, hidup, punya akal dan perasaan. Lah, analis kimia? Yang
dihadapi yah bahan-bahan kimia, paling banter yah mikroba, gak bisa diajak
ngobrol, kalau penulis salah, dia mah pasrah, gak komplen, gak apa. Sedih kan? Dan
yang paling penting adalah waktu yang dibutuhkan untuk lulus dari sekolah ini
adalah 4 tahun. Yah. e m p a t tahun. Satu tahun lebih tua dibandingkan
umur anak-anak sebaya penulis. Mending kalau kepakai dan jadi analis kimia
beneran. Ini? Malah banting setir jadi perkomunikasian. Jauhkan?
Coba bayangkan
berapa uang, tenaga, waktu, pikiran, perasaan yang harus dikeluarkan? Meskipun
gak kerasa, empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menjalani kehidupan
salah jurusan. And it takes the time of
my life. Dan beratnya lagi, penulis harus belajar dari nol mengetahui apasih
dunia komunikasi itu. Tentunya, yang penulis baca bukan buku pelajaran
biologi, fisika, matematika SMA yang linier dengan dunia penulis sebelumnya,
tapi ini buku anak IPS, Ya Allah.
Nah, I
hope it won’t be happened to you. Salah jurusan bikin kamu tua di
kampus. Belum lagi bikin kamu ngerasa terpaksa, “yaudah, yang penting lulus
dulu”. Trust me, melakukan pekerjaan yang gak kamu sukai dan gatau ngaruhnya
apa buat hidup kamu itu, sangat menaikkan level stress. Ok, misalnya kamu
bisa masuk PTN favorit, tapi kalau ga sesuai dengan tujuan kamu, kamu jadi
ogah-ogahan, pengennya bolos, dosennya nerangin ga ada yang masuk, apa kamu
jadi pinter setelah lulus? Mungkin bisa jadi kamu lulus hanya sekedar lulus,
punya ijazah, bisa diwisuda, tapi kamu ga ngerti ilmumu mau dipakai
buat apa. Karena tujuannya pun yah gak ada.
Jadi, yang
pertama harus kamu sadari sebelum menetapkan ke mana mau kuliah, jurusan apa,
ya tetapkan dahulu tujuannya apa. Di bidang apa, profesi apa. Lebih jauh lagi
tujuan tersebut diturunkan dari tujuan hidup itu mau ke mana. Misalnya penulis
punya tujuan hidup ingin memberdayakan masyarakat, maka pekerjaan penulis harus
ada sangkut pautnya dengan pemberdayaan masyarakat, entah orang yang terjun
langsung ataukah orang yang mendanai seluk beluk pemberdayaan masyarakat.
Kalau terjun
langsung pun sangat luas sekali bidangnya, apakah di bidang pendidikan,
ekonomi, politik, atau yang lainnya. Dari sana, misalkan diambillah bidang
pendidikan. Maka, studi apa yang harus penulis ambil? kan yah seputar
pendidikan. Pendidikan pun bidangnya apa, linguistik, literatur, komunikasi
ataukah apa. Terus dikerucutkan hingga kita tahu apa-apa saja yang harus
dicapai untuk menuju tujuan yang hendak dituju. Bukankah akan jauh terlihat
lebih jelas ke arah mana arah studi dan perkuliahan yang mesti diambil,
ketimbang terombang ambing ikut-ikutan teman apalagi minta rekomendasi orang
yang jelas-jelas tidak tahu tujuan hidupmu untuk apa.
Nah, sayangnya,
pencarian tujuan sama seperti menetapkan jodoh, sulitnya ga setara sama
pertanyaan cetek “Justin Bieber nikah sama siapa?”. Ini masalah tentang hidup kamu
akan dibawa ke mana. Butuh perenungan dan dialog dengan diri sendiri untuk
mempertanyakan ke arah mana harus melangkah.
Penulis sangat
menyarankan untuk mengesampingkan dan tidak menetapkan tujuan bukan hanya didasari kesuksesan
yang diukur dengan lulusan bidang yang gajinya besar. Tapi tujuan yang
betul-betul membuat kamu bisa bermakna sebagai manusia, bisa bahagia meskipun
kamu harus bergadang, bisa tetap semangat meskipun kamu gak ada teman. Hal
inilah yang justru harus bisa terbayang sebelum kamu betul betul yakin dalam
memilih jurusan apa dan ke mana kamu akan kuliah. Jangan sampai tersesat dengan godaan
materi yang mengaburkan definisi bahagiamu sendiri.
Sehingga, bingung
itu wajar, tapi harus dipecahkan.
Tapi dengan
tujuan, setidaknya kamu tak akan salah jurusan.
Semoga membantu!Ditulis oleh : Reni Pebriyani
Keyword : jurusan kuliah, jurusan kuliah yang menjanjikan, menentukan jurusan kuliah
Post A Comment
Tidak ada komentar :
1. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan. Tunjukkan bahwa anda adalah orang berpendidikan yang senantiasa menjaga etika.
2. Komentar tidak boleh menyinggung SARA, Porno, dan sejenisnya
3. Dilarang menggunakan akun Anonim.