Kreatif, Mahasiswa Produksi Oleh-Oleh JONES
Derasnya arus globalisasi mengakibatkan terkikisnya kebudayaan dan kecintaan masyarakat Indonesia pada budaya semakin menurun. Masyarakat Indonesia lebih cenderung mengkonsumsi produk impor dari pada produk lokal demi memenuhi trend fashion saat ini. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan total impor barang konsumsi sepanjang Agustus 2017 sebesar USD1,19 milyar atau naik 9,39% dibandingkan bulan lalu sedangkan selama januari sampai Agustus 2017 tercatat sebesar USD9,07 miliar atau naik 11,76% dibandingkan Januari sampai Agustus. Diperkuat dari informasi yang disampaikan oleh budayawan, sastrawan, dan ahli filsafat Indonesia Frofesor Abdul Hadi W.M (Semiono, 2014) pemimpin-pemimpin Indonesia saat ini lebih memilih dan bangga menggunakan produk impor daripada menggunakan produk lokal. Tidak heran jika hal tersebut mengakibatkan lemahnya peran generasi muda dalam melestarikan budaya daerah masing-masing. Sama halnya dengan para generasi muda di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam kondisi keseharian, mereka kurang berminat menggunakan produk-produk lokal dan cenderung menggunakan produk impor.
Dokumentasi kelompok mahasiswa |
Kain tenun merupakan salah satu produk kearifan lokal suku Sasak, Samawa dan Mbojo. Kain tenun di daerah ini memiliki desain dan motif khas yang mengandung nilai-nilai budaya yang tinggi, khususnya dalam segi-segi kemampuan teknis, estetis, kadar makna simbolik dan falsafah yang terdapat di dalamnya berbeda dengan daerah-daerah yang ada di Indonesia. Potensi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak hanya terkenal pada kain tenunnya saja, namun masih banyak hal lain yang dapat menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjumg ke Provinsi NTB. Ini mengindikasikan bahwa Provinsi NTB memiliki potensi yang tinggi. Potensi ini memiliki ketersesuaian dengan dokumen perencanaan nasional yaitu MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) dengan wilayah pada koridor 5 sebagai gerbang pariwisata dan ketahanan pangan.
Dibuktikan dengan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi NTB. Kepala badan pusat statistik NTB Ending Tri Wahyuningsih mengatakan bahwa pada Oktober 2016, jumlah kunjungan turis asing ke NTB mencapai 9.500 orang atau naik 8,49% jika dibanding bulan sebelumnya berrjumlah 8,756 wisatawan mancanegara. Ending Tri Wahyuningsih menambahkan apabila dibandingkan dengan oktober tahun lalu, tercatat berjumlah 7,419 turis (Republika, 2016). Jumlah ini tergolong meningkat drastis hingga naik 28,05%. Diperkuat lagi dengan data yang didapatkan dari kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) NTB, Mohammad Fauzal mengatakan, sampai saat ini (13/9) kunjungan wisatawan telah mencapai 2,9 juta. Artinya, sampai akhir 2016, target 3 juta wisatawan optimis akan tercapai. “kalau 2016 mampu penuhi target 3 juta wisatawan, tahun 2017 yakin diangkat 3,5 juta. Sehingga tahun 2018 dipastikan bisa datangkan wisatawan sebanyak 4 juta orang.
Hal inilah yang mendorong kelima Mahasiswa Universitas Mataram yang beranggotakan Peri Anggraeni (S1 Sosiologi Semester 4). Ririn Ayu Prastika (S1 Sosiologi Semester 4). Rizki Amalia Nuraini (S1 PGSD FKIP Semester 4). Vivin Wulantari (S1 PGSD FKIP Semester 4) dan Ulia Arta Sari (S1 PGSD FKIP Semester 4). Mereka tergabung dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Bidang Kewirausahaan yang berhasil didanai oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenrisetdikti.
Mahasiswa ini, membuat suatu inovasi baru berupa JONES (Jam Oleh-oleh Tenun Etnik Sasambo). JONES merupakan jam tangan yang dikombinasikan dengan sentuhan kain tenun khas Suku Sasak, Samawa dan Mbojo. Inovasi ini memiliki banyak keunggulan secara budaya, latar jam didesain menggunakan ikon SASAMBO dan bunyi khas Suku SASAMBO sebagai pengingat waktu sholat yang secara tidak langsung ikut melestarikan budaya.
Ini sebagai jawaban atas permasalahan yang di hadapi oleh generasi penerus bangsa, dewasa ini budaya lokal sudah mulai terkikis serta banyak pemuda yang tidak mau menggunakan produk lokal dan mereka lebih tertarik menggunakan produk impor. kami tergerak untuk membuat produk yang memberikan sentuhan kebudayaan di dalamnya, namun tetap trendy yaitu JONES (jam oleh-oleh tenun etnik sasambo) sebagai solusi ekonomi kreatif, disini maksudnya adalah kami menggunakan jam tangan dimana straf jam terbuat dari kain tenun suku SASAMBO (sasak, samawa. mbojo) serta background jam yang di design kebudayaan masing-masing suku yang ada di NTB ” jelas Peri Anggraeni selaku ketua Tim.
Program ini, berlangsung selama 4 bulan, dimulai pada bulan April dan akan berakhir pada bulan Juli. Tahap awal dari program ini adalah observasi yang mereka lakukan selama bulan April. Tujuan dari adanya obeservasi ini adalah untuk mengetahui komponen-komponen jam dan alat yang digunakan benar- benar dibutuhkan atau tidak. “Tahap awal dari kegiatan PKM kami adalah obeservasi. Ini sangat penting bagi kami untuk menentukan langkah kedepan dan mengetahui apakah produk kami bisa bersaing di pasar ” tambah Ririn selaku kordinator humas.
Ia juga menambahkan, jika tahap observasi sudah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah penjaitan dan mendesign background jam JONES “Jika obeservasi sudah dilakukan maka, langkah selanjutnya adalah penjaitan straf jam dan mendesign background jam ” jelas Ririn.
Tahap pembuatan jam tangan JONES dimulai dari persiapan alat dan bahan, menetukan dimensi jam yang sudah di design dan menentukan kertas stiker yang akan di gunakan sebagai background . “ Pembuatan jam JONES kami lakukan selama 3 minggu pada bulan Mei, mulai dari persiapan alat dan bahan, menetukan dimensi alat dan menentukan mekanik atau cara kerja alat ” jelas vivin selaku kordinator produksi.
Ia juga menegaskan jika terjadi kesalahan dalam proses penjahitan dan pemasangan background, maka harus diulangi. Agar alattampilan jam benar-banar bagus . " Jika terdapat kesalahan dalam proses penjahitan dan pemasangan background . maka harus diualangi dari awal. ini dilakukan agar jam benar-benar siap di pasarkan dan dapat dipercaya oleh costumer " kata Rizky .
Tahap selanjutnya adalah, proses pengemasan dengan dan penambahan filosofi jam. Agar tampilan jam JONES menarik . “Jika proses penjahitan selesai, maka tahap selanjutnya adalah pengemasan jam Jones. Pengemasan dilakukan bertujuan untuk membuat tampilan jam menarik serta agar tidak mudah berdebu ” tambah ulia.
Terakhir, mereka memasarkan jam JONES, dengan mengikutkan jam JONES pada acara bazar, menjual secara online dan secara face to face dengan adanya jam JONES secara tidak langsunga dapat melestarikan kearifan lokal yang mulai terkikis di era globalisasi ini, sehingga mampu meningkatkan penghasilan dan meningkatkan rasa cinta kepada kebudayaan lokal mengurangi mengkonsumsi produk impor. Dan mereka juga berpesan, agar mahasiswa harus mampu menjawab permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat dengan penerapan disiplin ilmu yang mereka miliki. “
Kami berharap dengan adanya jam JONES dapat membantu mengurangi pengangguran dan dapat menigkatkan ekonomi Daerah serta mengurangi produk infor dan dapat meningkatkan pengahasilan mereka. Dan juga kita sebagai mahasiswa harus mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sekita kita “ tutup Peri Anggraini.
Labels
Inovasi
Post A Comment
Tidak ada komentar :
1. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan. Tunjukkan bahwa anda adalah orang berpendidikan yang senantiasa menjaga etika.
2. Komentar tidak boleh menyinggung SARA, Porno, dan sejenisnya
3. Dilarang menggunakan akun Anonim.