Pilihan adalah Minat, Kelas adalah Bakat

Pemerintah memberlakukan sistem pendidikan yang rata dalam teorinya namun tidak adil dalam prakteknya. Padahal, mayoritas pelajar merasa lebih nyaman dengan sistem pendidikan yang tidak rata dalam teorinya namun adil dalam prakteknya. Bagaimana logikanya? Minat dan bakat adalah nomor satu.
sumber gambar : google.com

Selama ini pemerintah melalui instansi-instansi pendidikan seperti sekolah, hanya menjejali murid-murid dengan belasan pelajaran yang kebanyakan merupakan teori. Murid-murid dituntut untuk menguasai teori dari tiap pelajaran, terbukti dengan adanya KKM. Padahal, di lapangan kerja hanya beberapa saja dari semua teori yang dipelajari akan terpakai sesuai dengan jenis pekerjaannya, sisanya atau bahkan mayoritasnya hanya tertinggal di bangku sekolah.  
Di jenjang Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas, setiap murid mempelajari tidak kurang dari sepuluh mata pelajaran. Padahal dengan mata tertutup terlihat bahwa pengajar dari tiap pelajaran itu berbeda-beda. Intinya, di saat satu guru menguasai satu pelajaran, satu murid dituntut untuk menguasai tidak kurang dari sepuluh pelajaran. Apabila faktor usia dijadikan sebagai tameng perisai, hal tersebut sangatlah tidak adil bagi kaum pelajar karena rasa stres tidak mengenal usia.
Murid yang satu dengan lainnya mendapatkan jumlah pelajaran dan materi yang sama. Padahal, minat dan bakat tiap orang tentulah berbeda-beda. Misalnya, saat pelajaran Matematika siswa A mendapat nilai 100 dan siswa B mendapat nilai 70. Namun, saat pelajaran Bahasa Indonesia siswa A mendapat nilai 70 dan siswa B mendapat nilai 100. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pelajaran yang diminati atau bakat alami akan menghasilkan buah yang lebih manis dari yang lainnya. Jarang sekali atau bahkan mustahil satu murid mendapat nilai yang rata-rata sama di tiap pelajarannya. Jika hal itu benar terjadi pasti si murid mengalami rasa tertekan luar biasa saat mempelajari semua pelajaran terutama pelajaran yang tidak diminatinya.
Alangkah baiknya bila pemerintah mulai mengubah sistem pendidikan saat ini dengan yang lebih baik. Pertama-tama biarlah para pelajar yang memiliki minat dan bakat berbeda-beda memilih pelajaran apa yang dikuasai dan disukainya dalam bentuk skala prioritas. Kemudian PR dan lamanya belajar di sekolah perlu diseimbangkan. Bila bel pulang sore maka tidak perlu ada PR lagi. Bila bel pulang siang maka pemberian PR diperkenankan. Setelah bel masuk, semua murid diberi kebebasan untuk memilih kelas mana yang akan dimasukinya. Begitu bel pergantian pelajaran, murid harus berpindah kelas. Pergantian pelajaran pun dibatasi misalkan empat kali pergantian sehari dan pembatasan jumlah mata pelajaran misalkan delapan pelajaran. Masalah nilai, KKM hanya ada di pilihan urutan tertentu saja, misalnya pilihan satu sampai tiga. Diharapkan dengan begitu, para pelajar tidak merasa tertekan, mampu memaksimalkan potensi diri, dan hanya mempelajari apa yang dirasa perlu untuk kedepannya.
Jadi, kepedulian dari pemerintah terhadap beratnya sistem pendidikan yang dianut ini sangatlah penting. Selain itu, sistem pendidikan yang ada hendaknya memperhatikan minat dan bakat para pelajar.

Tentang Penulis
Nama    : Angelia Vina Rahyanica
Id line   : angelivica
Instagram : @taehyungelia,@angelivica
"Saya duduk di bangku SMA di daerah Semarang. Bercita-cita menjadi orang sukses di masa depan. Amin."
Dipublikasikan oleh Admin (Aditia Prasetio)

Pengen Kuliah ~ Partner Merangkai Impian
Punya penemuan? atau punya ide menarik? atau punya tulisan/gagasan/pengalaman yang ingin dibagikan? Kirim tulisanmu ke webinfokuliah@gmail.com .
Mau dapet info ter-up-to-date setiap hari? Klik di sini dan temukan pengenkuliah di platform favoritmu!

Post A Comment

Tidak ada komentar :